Jaap Blonk, Penyair Eksentrik Belanda Baca Puisi Muzikaret di Festival Sastra Luzern
*Sigit Susanto
Pada Desember 2002, saya hadiri Festival Sastra (Literaturfest) di kota Luzern, Switzerland. Di antara sastrawan dan penyair yang hadir adalah penyair asal Belanda bernama Jaap Blonk. Saya berkenalan dan kebetulan dia sendirian dan duduk satu meja. Ia mengaku puisi panjang yang akan dibacakan berasal dari bunyi-bunyian musik tradisional Indonesia.
Tak lama, ia dipanggil ke panggung. Tema puisi pada festival itu adalah Puisi Keras (Laut Gedicht). Saya mulai saksikan giliran penampilan Jaap Blonk. Jika penyair lain membacakan puisi mereka dengan suara keras, bahkan ada yang sedikit berteriak. Blonk, justru agak beda.
Judul puisinya Muzikaret, k nya satu, musik dan karet digabung dengan satu huruf k. Ia tulis Muzik dengan z bukan s. Dalam bahasa Belanda musik itu muziek (ada ie). Yang membuat penonton terhenyak, isi puisinya berupa bunyi-bunyian aneka musik gamelan, seperti yang ia sebutkan sebelumnya. Teknik bacanya cukup unik. Usai puisi selesai dibacakan, ia lempar lembaran kertas puisi di atas panggung. Ada sekitar 6 halaman dia tebar satu persatu.
Mendekati selesai, ia masih baca selembar kertas dan berjalan turun dari panggung. Selesai? Bukan sama sekali. Ia benar-benar turun di antara hadirin di lantai bawah dan menuju jendela besar ruangan, masih membaca sambil jalan. Tak kusangka, ia masuk gorden dan membaca sisa puisinya dengan tubuh total terhalang gorden. Semua mata hadirin menyorot ke ulah anehnya. Selesai baca? Belum. Ia keluar dari gorden dan mencari jalan pintu keluar aula dan dia benar-benar keluar gedung, meninggalkan ruangan besar. Sesampai di belakang gedung yang menghadap danau Vierwaldstätersee di Luzern, ia masih berteriak-teriak sendirian.
Berselang jeda sementara, ia kembali lagi ke tempat duduknya. Tepuk tangan bermunculan.
Saya ulurkan tangan, ucapkan selamat. Ia masih berkeringat. Saya segera hujani pertanyaan, apakah sering ke Indonesia dan penyair siapa saja yang ia pernah temui?
Ia mengaku sering pergi ke Yogyakarta dan Jakarta. Bahkan ia pernah membaca puisi bersama Tardji di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ia meminta saya menyebutkan nama-nama penyair dan sastrawan Indonesia, dan ia mengenalnya. Ia anggap jenis puisinya beraliran futurisme dan tergolong puisi keras.
Kami saling bertukar Email dan tak lama saya dapat kiriman puisinya yang ia bacakan di acara festival sastra Luzern itu.
Ini Email dia dalam bahasa Jerman dilampirkan puisinya. Ia sebut, itu puisinya berjudul Muzikaret artinya Musik dari Karet. Yang minggu lalu ia baca. Kata suling sebagai pembuka dan kata rebab sebagai penutup.
Kesan saya, penyair Jaap Blonk sangat ramah. Bahkan saya ditawari rekaman pembacaan karyanya dalam bentuk CD dan saya benar-benar dikirimi dari Belanda lewat pos.
Berikut Email pendeknya dan puisinya:
MUZIKARET
suling gambangkayu ketuk genderpanembung bonangbarung kempyang kendangbatangan ketuk celempung bedug gongagung rebab
suling gambangkayu ketuktuk genderpanembung bonangbarung kempyang kendangbatangan ketuktuk celempung bedug gongagung rebab
suling gambangkayu ketuktuktuk genderpanembung bonangbarung kempyangpyang kendangbatangan ketuktuktuktuk celempung bedugdug gongagung rebab
suling gambangkayuayu ketuktuktuktuktuktuk genderpanembung bonangbarung arung
kempyangpyangpyangpyang kendangbatangan ketuktuktuktuktuktuktuktuk
celempungmpung bedugdugdug gongagung rebab
suling gambangkayuayuayuayu ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk genderpanembungpanembung
bonangbarungarungarungarungarung kempyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang
kendangbatanganbatangan ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk
celempungmpungmpungmpung bedugdugdugdugdugdug gongagungagung
rebab
sulinggambangkayuayuayuayuayuayuayuayu
ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk
genderpanembungpanembungpanembungpanembung
bonangbarungarungarungarungarungarungarungarung
kempyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang-pyang
kendangbatanganbatanganbatanganbatangan
ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk
celempungmpungmpungmpungmpungmpung bedugdugdugdugdugdugdugdugdugdug
gongagungagungagungagung rebab
suling gambangkayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayu
ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuk
genderpanembungpanembungpanembungpanembungpanembungpanembung
bonangbarungarungarungarungarungarungarungarungarungarungarung-arungarung
kempyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang-pyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang
kendangbatanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatangan-batangan
ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk
celempungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpung
bedugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdug
gongagungagungagungagungagungagung rebab
suling gambangkayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayu-ayuayu
ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuk
genderpanembungpanembungpanembungpanembungpanembungpanembung-panembungpanembungpanembungpanembung
bonangbarungarungarungarungarungarungarungarungarungarungarung-arungarungarungarungarungarungarungarungarung
kempyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang-pyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang-pyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang
kendangbatanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatangan-batanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatangan
ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk
celempungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpung-mpungmpungmpungmpungmpungmpungmpung
bedugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdug-dugdugdugdugdugdug
gongagungagungagungagungagungagungagungagungagungagung
rebab
suling gambangkayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayu-ayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayuayu
ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuk
genderpanembungpanembungpanembungpanembungpanembungpanembung-panembungpanembungpanembungpanembungpanembungpanembung-panembungpanembungpanembungpanembungpanembung
bonangbarungarunarungarungarunarungarungarunarungarungarunarung-arungarunarungarungarunarungarungarunarungarungarunarungarung-arungarungarungarunarungarungarunarungarung
kempyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang-pyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang-pyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang-pyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang-pyangpyangpyangpyangpyangpyangpyang
kendangbatanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatangan-batanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatanganbatangan-batanganbatanganbatanganbatanganbatangan
ketuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuktuk-tuktuk
celempungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpung-mpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpungmpung-mpungmpungmpungmpungmpungmpung
bedugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdug-dugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdug-dugdugdug
gongagungagungagungagungagungagungagungagungagungagungagung-agungagungagungagungagungagung
Komentar
Posting Komentar