PBSI UPGRIS Ajak Mahasiswanya Menempa Diri di Sarang Lilin Art Space

Fatkhan Hakim, salah seorang mahasiswa PBSI UPGRIS membacakan puisi dalam Renjana Akhir Pekan #8 di Sarang Lilin Art Space Kendal, 16 November 2024


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas PGRI Semarang, menyadari pentingnya peran sastra sebagai media edukasi, apresiasi, dan ekspresi budaya. Dalam mendukung penguatan literasi budaya dan sastra, program studi bekerja sama dengan Sarang Lilin Art Space Kendal, sebuah ruang kreatif yang dikenal aktif menyelenggarakan berbagai diskusi sastra, seni, dan budaya, dengan tajuk Seminar dan Panggung Sastra: “Renjana Akhir Pekan”.

“Barangkali fenomena terkini menunjukkan bahwa sastra, terutama dalam bentuk puisi, telah menemukan relevansinya di kalangan generasi muda. Saat-saat ini pula penerbitan buku kumpulan puisi menjadi salah satu tren yang digemari, kita bisa melihat tidak sedikit anak muda yang bersemangat mengunggah karya mereka di media sosial seperti InstagramFacebook, dan media sosial lainnya, sebelum kemudian mereka ada yang berupaya menerbitkannya dalam bentuk buku. Tentu dalam hal ini, media sosial telah menjadi ruang pameran baru, yang memungkinkan sastra terdistribusi dengan lebih cepat dan interaktif kepada khalayak luas. Meski tetap kehadiran buku cetak hingga saat ini masih pula diperhitungkan dan memiliki pecintanya tersendiri,” ungkap Eva Ardiana Indrariani, S.S., M.Hum., ketua program studi PBSI UPGRIS.

Pihaknya, pada Sabtu, 16 November 2024 merespon fenomena itu dengan menyelenggarakan kegiatan yang bekerja sama dengan Sarang Lilin Art Space. Bagi Eva, tren tersebut menunjukkan bahwa generasi muda semakin terbuka terhadap ekspresi seni sastra yang fleksibel dan modern. “Hal ini menjadi tantangan tersendiri, bagaimana mempertahankan kedalaman nilai-nilai sastra agar tidak hanya menjadi konten populer, tetapi juga bermakna. Dalam konteks ini, perlu ada ruang diskusi, pembelajaran, dan apresiasi, agar sastra dapat dikembangkan lebih luas dan tetap mengakar pada nilai budaya serta moral. Beberapa mahasiswa kami ajak untuk berkegiatan di luar, baik dalam proses kreatif penulisan sastra maupun menyajikan dalam pertunjukan,” tutur Eva.

“Pelaksanaan kegiatan mahasiswa di luar, bersama komunitas dan pegiat sastra, seni, dan budaya serupa yang diselenggarakan di Sarang Lilin Art Space ini. Setidaknya mereka dapat menimba langsung kepada para praktisi yang telah berproses lebih jauh. Tentu akan menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka, terlebih ketika para mahasiswa berproses mempersiapkan diri untuk mengikuti ajang perlombaan, misalnya dalam ajang dua tahunan Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) serta berbagai ajang perlombaan lain yang diselenggarakan tingkal lokal, nasional, maupun internasional. Beberapa di antaranya pun kerap menjadi juara dalam berbagai ajang tersebut,” tutur Dr. Setia Naka Andrian, M.Pd., sekretaris program studi PBSI.

Bagi Naka, upaya yang dilakukannya bersama prodi PBSI ini telah dilakukan pada masa-masa sebelumnya. Selain memang terkadang juga tidak hanya dilakukan bersama dengan komunitas literasi semata, akan tetapi terkadang dilakukan di sekolah-sekolah. “Jadi biar seimbang, terkadang mereka diajak untuk menimba, terkadang juga diajak untuk berbagi. Yakni berbagi proses kreatif dan juga pengalaman kreatif mereka ketika mengikuti ajang lomba dan berbagai kegiatan lainnya sebagai mahasiswa yang kreatif tentunya,” pungkas Naka. (SA).

Komentar