Puncak acara Narawita Fest 2023 yang diselenggarakan dalam rangka peringatan bulan bahasa dan sastra dari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) pada Selasa malam, 31 Oktober 2023 berlangsung dengan gempita yang tak biasa. Suasana malam syahdu bertabur sajian sastra, seni, dan budaya menyelimuti halaman Kampus 4 UPGRIS di Jalan Gajah Raya No. 40 B, Sambirejo, Kec. Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah.
“Sungguh senang bisa menyaksikan Narawita Fest 2023 dari FPBS UPGRIS. Pertama kalinya, saya sangat berbahagia berada di Kampus 4, menyertai dan bisa meyaksikan kenikmatan berkesenian yang ditampilkan dengan sangat beragam. Kenikmatan berkesenian pula telah dilaksanakan selama satu bulan penuh pada bulan Oktober sejak 4 Oktober hingga pada puncak acara pada 31 Oktober malam ini,” ungkap Dr Sri Suciati MHum, rektor UPGRIS dalam sambutannya selepas berkolaborasi tampil dengan grup musikalisasi puisi Paradoks.
Kebahagiaan yang berikutnya, bagi Suci, adalah ketika malam puncak acara Narawita Fest 2023, ketika ia baru saja diberi informasi bahwasanya ada sebagian mahasiswa yang ketika kuliah jarang-jarang unjuk diri, tetapi selama sebulan ada kegiatan berkesenian, para mahasiswa yang jarang unjuk diri tersebut ternyata semuanya hadir dan mereka juga memiliki talenta yang luar biasa.
“Ini merupakan kegiatan berkesenian corak baru, karena sebelumnya, karena biasanya peringatan bulan bahasa dan sastra selalu dilakukan di gedung Balairung UPGRIS. Dan kali ini, diselenggarakan secara terbuka sambil menikmati eksotisnya suasana malam hari di Kampus 4 UPGRIS. Tujuan dibangunnya Taman Digital Kampus 4 UPGRIS, antara lain untuk memberikan panggung untuk memberikan ruang bagi para mahasiswa untuk bisa mengekspresikan diri, menunjukkan kreativitas yang tidak pernah henti. Oleh karena hari ini sungguh sangat membuncah kebahagiaan saya dan juga Bu Ira, wakil rektor I yang hadir, karena bisa menikmati berbagai ragam kesenian,” tutur Suci.
Narawita Fest 2023, hadir dari gagasan sederhana untuk mencoba memberikan ruang yang utuh bagi mahasiswa FPBS pada khususnya, dan mahasiswa di luar fakultas pada umumnya. Akan tetapi, selepas berjalan pun tidak hanya direspon oleh mahasiswa UPGRIS semata, bahkan seniman serta komunitas seni, budaya, dan sastra pun antusias untuk turut serta terlibat, hingga akhirnya dalam gelarannya pun tidak hanya sebatas mahasiswa atau komunitas yang berasal dari kampus saja, beberapa komunitas di Kendal pun turut serta merespon untuk turut andil berproses bersama.
“Narawita Fest ini adalah kawah candradimuka, tempat persemaian, bagi para mahasiswa untuk mengekspresikan diri. Selama satu bulan penuh, didapati kegiatan dalam rangka peringatan bulan bahasa dan sastra dengan menggelar sajian sejak mulai lomba baca puisi tiga bahasa, yakni puisi bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Inggris. Kemudian launching Narawita Fest yang diikuti pula dengan kegiatan Parade Jargon Kampanye Santun Narawita Fets 2023,” tutur Dr Ngasbun Egar MPd, dekan FPBS dalam laporan kegiatan yang disampaikannya.
Bagi Ngasbun, selama sebulan pula digelar Panggung Mingguan I, Panggung Mingguan II, dan Panggung Mingguan III. Dalam gelaran tersebut, sebagai penyaji, penampil, pembicara diskusi, serta tentu penontonnya, dipadati keterlibatan oleh mahasiswa BEM FPBS, HIMA PBSI, HIMBAJA, EDSA, serta para mahasiswa UKM, di antaranya Paduan Suara, UKM Kias, UKM Musik Immortal, Sangkatama, Elka Sinematografi, Gisma Choir, LPM Vokal, dan Teater Gema. Bahkan selain itu pula dihadiri alumni, serta keterlibatan mahasiswa di luar UKM, termasuk BOD, dan pula seniman dari luar, yakni sempat dihadiri Tridhatu, sebuah kelompok yang merespon naskah Merapi-Merbabu.
“Bahkan pula, tak hanya diselenggarakan di kampus UPGRIS semata, beberapa kesempatan pun digelar di luar, yakni Parade Obrolan Buku (Renjana Akhir Pekan #3) diselenggarakan berkat kerja sama dengan Jarak Dekat Art Production Kendal dan Sangkar Arah Pustaka di Sarang Lilin Art Space Kendal. Selama satu hari penuh, sejak pagi hingga malam hari diselenggarakan obrolan tujuh judul buku dalam enam sesi obrolan buku,” tutur Ngasbun.
Bahkan, ada yang menarik dalam festival ini, ada sebuah sajian yang tidak banyak dilakukan, terlebih bagi mahasiswa dalam kerja-kerja kreatifnya di kampus. Yakni, proses pertunjukan yang dimulai sejak riset, penulisan naskah, hingga pementasan yang dilakukan dalam satu kesatuan dan berkolaborasi dalam proses penciptaannya. Hal tersebut dilakukan oleh tim periset dan LPM Vokal, penulisan naskah drama oleh UKM Kias, dan pementasannya disutradarai oleh Teater Gema, serta para pemeran pun diisi oleh berbagai anggota dari ketiga UKM tersebut serta dari tiga himpunan mahasiswa di FPBS dan mahasiswa di luar fakultas. Bahkan tidak cukup itu, kerabat kerja dalam proses tersebut pun diikuti oleh mahasiswa di luar UKM, yakni mereka yang tergabung dalam BOD (Butterfly off Dead). Mereka bersama-sama menyuguhkan gelaran Drama Mini Kolosal mengangkat Sumpah Pemuda dalam puncak acara Narawita Fest 2023.
Selain itu juga didapati penampil, di antaranya dari D-Atlas, para jawara lomba baca puisi, lomba poetry reading, lomba maca geguritan, UKM Musik Immortal, Motion Dance dari Edsa dan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Tari Gado-Gado Semarangan dari mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, musik keroncong dari Indah and Jabes (Rejeki Indah dan Jabes Melapa), dan bintang tamu grup musikalisasi puisi Paradoks dari Kendal yang berkesempatan berkolaborasi dengan rektor UPGRIS.
Bagi Setia Naka Andrian, gelaran yang sesungguhnya telah dilaksanakan setiap tahun oleh FPBS tersebut ingin berupaya melanjutkan berbagai aktivitas sebelumnya, yang tentu sama-sama berupaya merespon berbagai hal mengenai seni, budaya, bahasa, dan sastra, melalui peringatan bulan bahasa dan sastra. “Beberapa tahun sebelumnya dalam momen peringatan bulan bahasa dan sastra, penghargaan pun diberikan kepada tokoh sastra, di antaranya sempat diberikan kepada sastrawan Ahmad Tohari. Maka sudah pasti, upaya tersebut kami lanjutkan pada peringatan bulan bahasa dan sastra kali ini, yang telah kami beri nama sebagai Narawita Fest tersebut, kami memberi penghargaan berupa anugerah Narawita Award 2023 untuk kategori Tokoh Seni yang didapat oleh Akhmad Sofyan Hadi dan pula 3 sekolah mendapat anugerah Sekolah Berdaya Bahasa-Sastra, yakni pemenang pertama diraih oleh SMA Kesatrian 2 Semarang, pemenang kedua oleh SMA N 1 Boja, dan pemenang ketiga oleh SMA N 2 Kendal,” ungkap Naka, dosen PBSI UPGRIS yang kerap terlibat dalam berbagai gelaran sastra, seni, dan budaya di Kendal, di antaranya Kendali Seni Kendal sebagai sebuah festival tahunan sejak 2016 hingga sekarang, Kendal Novel Award 2022, dan Kendal Puisi Award 2023.
Bagi Naka, pada kesempatan yang dilakukan dalam Narawita Fest 2023 atau gelaran-gelaran peringatan bulan bahasa dan sastra sebelum-sebelumnya, pihaknya selalu memberikan apresiasi penghargaan kepada tokoh bahasa-sastra. Akan tetapi, pada kesempatan festival kali ini, berupaya mencoba memberikan apresiasi kepada tokoh bahasa, sastra, seni, dan juga kepada sekolah-sekolah yang telah sepenuhnya menyelengarakan berbagai kegiatan tentang bahasa dan sastra serta berbagai laku yang melingkupinya. Pada gelaran kali ini pun, dalam rangkaian gelaran Narawita Fest berupaya sepenuhnya memberikan ruang kepada mahasiswa untuk terlibat berproses, baik sebagai penyelenggara, penampil, maupun penonton atau penikmat karya. Meski tentu dalam perjalanan prosesnya bisa dirasa cukup berat dan butuh upaya yang tidak biasa.
“Akan tetapi, jika siapa pun yang terjun di dalamnya begitu tulus menikmati prosesnya, pastilah kelak akan ada pelajaran panjang yang dapat dipetik dalam proses-proses yang lebih rumit selepas lulus kuliah dan terjun di masyarakat. Saya kerap menyampaikan kepada teman-teman mahasiswa, apa yang dilakukan di kampus ini sudah pasti tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan proses berkesenian yang dilakukan di luar kampus ketika sudah lulus kuliah nanti. Banyak di antara pegiat seni dari kampus, selepas lulus tidak bisa bertahan dengan berbagai alasan dan akhirnya akan tumbang begitu saja. Tentu semua proses butuh upaya yang tak biasa, dan harus bertungkus lumus dengan tulus jika ingin meraih proses kreatif yang sesungguhnya. Bahkan pula, saya kerap bilang kepada mereka, ayolah jangan hanya nyaman di 'rumah'. Kalau ada yang punya energi lebih, ayo ikut saya proses di luar. Dan sudah tentu, tidak banyak yang berani menerima tandatangan itu,” pungkas Naka.
Komentar
Posting Komentar